Saturday, October 3, 2020

 Rindu


Burn out pengasuhan. Lagi frustasi banget ngadepin si sulung untuk makan. Mulai dari lembut sampai ngegas. Capek sendiri. Begini ya rasanya jadi orangtua. Kenapa dulu gak ada yang bilangin. Biar bisa lebih nyiapin mental.

Gak kebayang gimana mama dulu ngadepin tiga anaknya dengan jarak yang berdekatan. Gak pernah sekangen ini sama mama. Tetiba kangen banget. Pengen ketemu. Jarak dari Depok ke Bojonggede bisa di tempuh dalam hitungan jam. Pesen gojegpun sampai. 

Tapi kondisi pandemi ini buat mikir berulang kali. Mungkin ini efek kecemasan juga. Kapan ini berakhir...?

Saturday, September 12, 2020

Cerita Sambung IIP Depok Part Dua

Cerita Sambung IIP Depok Part Dua


Link cerita pertama  

https://shireishou.com/event-cerita-sambung-rumbel-menulis-iip-depok-part-1/


"Air hangatnya di bak biasa ya. Ini susu dan gorengan tape ada di meja ya bang. Aku nyuapin makan Tati dulu" ucapku selepas mas Tejo bergegas ke kamar mandi selepas pulang kerja.


Tidak ada salim - salim, duduk - duduk dulu atau peluk - peluk Tati si kecil. Pulang kerja atau habis dari luar, tidak hanya cuci tangan. Tapi ganti semua baju dan mandi jadi kebiasaan baru dirumah ini.


Tidak hanya itu, pernah suatu hari aku marah karena Bang Tejo memberikan biskuit ke si kecil Tati yang di ambil dari kantung belanjaan tanpa dicuci. Ya. Tanpa di cuci. Corona ini memang mengubah banyak hal. Termasuk barang - barang kemasan yang dibeli dari luar, sebelum di gunakan. Saya akan mencuci semuanya.


Menyemprot desinfektan buatan pagi dan sore, ke pintu, pagar, kursi dan lainnya. Membiarkan paket barang yang sampai diluar seharian untuk kena sinar matahari, atau plastiknya saya cuci baru dibuka. 


Lebay. Akh. Biarkan. Ini salah satu ikhtiar kami melindungi keluarga dari pandemi ini. Bahkan terkadang saya berkali -kali mencuci tangan sebelum bersentuhan dengan Tati. Berkali - kali pula saya meyakinkan diri, saya sehat. Suami sehat. Kami sehat. Meskipun dihati kecil saya. Saya tau, saya mulai mengalami gangguan kecemasan karena pandemi ini yang tak kunjung usai.

Thursday, July 9, 2020

RUMAH 

1998

1 2 3 4 5. Lima orang. Dua dewasa. Tiga anak kecil. Jadi apa aku nanti dengan tiga anak ini. Pasti berisik seperti rumah tetangga. Huft.. baiklah.

"Mama... mba tuh"
"Mba... Ngalah sama adek"
"Aku mulu yang ngalah!"

BRUK. Pintu kamar dibanting.

Berrr... nyeri😫. Mereka bertengkar lagi. Kali ini mereka rebutan remot tv. Kemarin - kemarin mereka rebutan lampu kamar tidur. Yang satu mau lampunya mati. Yang satu lagi maunya lampu tetap menyala.

Cubit. Saling jambak. Saling lempar barang. Tangisan dimana - mana. Pusing sekali😤.

Bahkan kadang mereka berkubu meminta si adik bungsu untuk memihak salah satu dari mereka atau nanti tidak dikasih pinjam mainan 😗. Malangnya si bungsu. Memilih kakak ke satu di musuhi kakak kedua, begitupun sebaliknya😌.

Tapi dalam sekejap bisa saja mereka tertawa bersama - sama kembali. Atau ketiganya pernah pula di hukum semua oleh ibunya. Huft... Anak - anak 😇

2000

2001

2002

2003

2004

Waktu berlalu dengan cepat. Kakak pertama memulai tahun pertamanya di sekolah menengah atas. Masa remaja. Ya dia mulai sibuk dengan teman - temannya. Bahkan sabtu minggupun tidak dirumah. Ikut berbagai macam ekskul. Atau sekedar main ke rumah teman. 

Kakak keduapun memulai sekolah menengah pertamanya. Sama sibuknya. 

Si bungsu yang masih sekolah dasar masih lebih sering dirumah. Main - main disekitar rumah bersama teman tetangga 🙂.

Damai. Tenang. Keributan - keributan terdahulu sudah tertinggal. Mereka tumbuh menjadi remaja. Ya meskipun sudah tidak saling cubit. Berantemnya mereka saat ini lebih ke cemooh atau ejekan.

2007

2008

2009

2010

Kakak pertama sedang menempuh studi tahun ke tiga di salah satu perguruan swasta. Kakak kedua baru akan masuk tahun pertama di universitas. Dan dia memutuskan untuk meninggalkan rumah, mencari tempat tinggal yang lebih dekat dengan universitasnya. 

Senang. Karena pasti akan lebih damai dan tentram 😌.

2012

2013

2014

2015

Tahun - tahun berlalu dengan cepat. Sampai lulus kuliah dan bekerja kakak pertama tetap tinggal dirumah. Kakak kedua selepas bekerja tetap memilih tinggal di tempat yang lebih strategis dengan alasan hemat waktu dan tenaga. Si bungsu'pun saat ini sedang menempuh perguruan tinggi dan masih menemani dirumah.

Tahun ini spesial. Karena kakak pertama menikah. Dan dia akan tinggal bersama suaminya. 

Tahun berikutnya menyusul kakak kedua menikah dan ditinggal bersama suami. Meskipun ada si bungsu, dia sibuk dengan dunianya dan lebih banyak diluar. Rumah hanya sebagai tempat singgah untuk tidur☹️.

Kamar - kamar mulai kosong ☹️. Tinggal si bungsu dan kedua orangtuanya. Mulanya aku senang. Damai. Tapi hampa. Sepertinya aku merindukan tawa tangis dan ejekan mereka🥺.

Aku'pun sudah mulai rapuh. Gentengku mulai bergeser. Cat'ku mulai memudar. Dan terkadang di pojok - pojok ruangan mulai ada sarang laba - laba. Lupa dibersihkan, karena si empunya'pun sudah mulai berumur. Yang mulai terbatas geraknya untuk membersihkanku. Rasanya sudah lama sekali kalian tidak berkunjung. Ya. Aku tahu. Virus ini masih menghantui. Meskipun aku hanya diam. Aku tahu itu. Karena disetiap doa - doa orangtua kalian, mereka meminta disehatkan dan dilindungi seluruh keluarganya dari pandemi ini. Terimakasih untuk kisah - kisah kalian selama ini. Terimakasih untuk semua cerita.

Semoga aku bisa menjadi rumah yang dirindukan. Berkumpul. Bersama. Tertawa. Bahagia. Terimakasih telah merawatku.

Dari "Rumah".

#OWOW
#oneweekonewriting
#ibuprofesionalDepok
#rumbelmenulis
#makdepokGEULIS
#IPDepok

Thursday, June 25, 2020

BUMI

"kenapa sih milih pakai clodi..? Khn capek tau nyucinya"

Tim clodi mana nih>.< yup.. di anak kedua ini. Kami memutuskan untuk menggunakan clodi (cloth diaper) atau popok kain^^.

Hampir tiga bulan lebih kami menggunakan clodi untuk anak kedua kami. Bahkan sampai sekarangpun masih ada yang tanya seperti di atas. Capek nyuci..? Wajar sih menurutku. Memang menggunakan clodi ini butuh sedikit tenaga extra, baik dalam hal mencuci dan proses pengeringannya. Musim panas gini, alhamdulillh nyuci pagi. Sore kering. Dan PR'nya memang cuciannya tidak boleh tertunda. Y.. kecuali kalian punya stok banyak>.<

Sebagai mama rumah tangga clodi ini hemat banget dalam budget bulanan jangka panjang list belanja. Kita gak perlu belanja popok sekali pakai tiap bulan atau ganti size dalam waktu dekat.

Dan dengan clodi ini adalah salah satu ikhtiar kami dalam kampanye minim sampah^^. 

Minim sampah..?

Yup. Minim sampah. Menurut riset Bank Dunia tahun 2017, popok sekali pakai menjadi penyumbang sampah terbanyak kedua di laut sebesar 21%. Wah wah wah.. ini angka yang besar lho.

Dan sampah popok sekali pakai ini termasuk jenis sampah yang sulit terurai. Jelas banget ya mam karena apa, eh.. tau khn kenapa sulit terurai..? "Plastik".

Pandai. Prok prok prok...

Plastik ini butuh ratusan tahun untuk terurai. Bisa lebih dari 500tahun.. apa kabar BUMI kita menunggu terurainya si plastik ini...?

Popok modern tidak hanya terbuat dari kertas dan katun, tetapi juga polimer plastik yang menyerap dan memerangkap cairan. Kulit luar plastik yang menjaga popok tahan air terbuat dari bahan kimia seperti pemutih dan parfum yang menutupi bau.

Hii.. ngeri juga ya ada bahan bahan kimia begitu untuk si kecil.

Memang gak mudah untuk pakai clodi. Apalagi kalau anaknya lebih dari satu. Bisa habis tenaga duluan sebelum nyuci. Tapi.. membayangkan bumi kita dipenuhi sampah tinja ini bikin sedih:(

Apa nanti anak cucu kita masih bisa melihat birunya laut..? Pohon yang hijau..? Udara yang bersih..? Merahnya tanah..?

Yuk mam pelan pelan berubah. Coba satu dulu, coba beberapa jam, coba beberapa hari. Lalu jadi kebiasaan baik untuk bumi yang lebih baik^^


#OWOW
#oneweekonewriting
#ibuprofesionalDepok
#rumbelmenulis
#makdepokGEULIS
#IPDepok

Thursday, June 18, 2020

HARAPAN

HARAPAN

"Huwaaaa... Huwaaa..." Tangisan pecah di malam hari menjelang tidur.

"Hiks.. huwee huwee huwee" di susul tangisan satu lagi dari si adik.

Mas berusia 2tahun 9bulan, dan adik berusia 3bulan. Perbedaan usia yang tidak begitu jauh menjadikan hari - hari dirumah 3bulan terakhir terasa berbeda. Lelah. Letih. Ngantuk. Drama mulai dari bangun tidur, mandi, makan, bahkan sampai tidur malam. Rasanya 24jam kurang untuk saya. 

Entah kurang memanage waktu dengan apik atau kurang bersyukur.

Lalu....

Apa harapanku terlalu besar,  untuk bisa tidur lebih lama..?
Apa harapanku terlalu egois, untuk makan dengan santai tanpa perlu menggendong salah satu anak..?
Apa aku terlalu jahat untuk memikirkan semua itu..?

Bukankah semua Ibu memang begitu. Selalu berkorban. Menahan kantuk. Menahan marah ketika anak tanpa sengaja menumpahkan air di kamar. Menahan kesal ketika menyuapi anak yang makannya wara wiri. Mereka bisa. Kenapa anda tidak...?

Tidak. Saya tidak bisa. Saya tidak bisa jika sendiri. Saya hanya manusia yang minim ilmu.

Maka dari sini. Saya menulis untuk mengikat ilmu. Bertumbuh. Berkembang penuh manfaat. Berharap tulisan tulisan ini menjadi pemberat amal kebaikan kelak. Bukankah sebaik baiknya manusia, adalah manusia yang bermanfaat..?

Salam Mama Hare.

#OWOW
#oneweekonewriting
#ibuprofesionalDepok
#rumbelmenulis
#makdepokGEULIS
#IPDepok